Lembaran (buku) Baru yang Hilang

"Fahmi ... Apa kau melihat buku yang kuletakkan di sini?" teriak Nanda.
Tak terdengar jawaban dari Fahmi. Nanda masih terus mencari sambil menggerutu.
"Ukh ... dimana yah buku itu," gerutu Nanda.

***

Tiga hari yang lalu Nanda bersama rekan kantornya ditugaskan meliput acara peluncuran buku dari Dewa Bram, seorang penulis novel terkenal yang buku-bukunya selalu menjadi best seller dan sold out cetakan pertama dalam waktu singkat. Nanda sangat senang. Bagaimana tidak, penulis novel itu adalah idola Nanda dan untuk menghadiri setiap peluncuran bukunya itu sangat sulit karena selalu untuk peserta terbatas.

"Fahmi, aku seneng banget. Ini pertama kalinya aku bisa bertemu langsung dengan Dewa Bram, yah meskipun sambil kerja," ucap Nanda seraya membereskan perlengkapan reportasenya.
"Oh ya, aku malah baru tahu kalau kamu suka baca novel," kata Fahmi sambil tersenyum sambil memasukkan kamera ke dalam tas.
"Wah ... Aku tuh suka baca novel sejak SMA, tapi nge fans sama karya-karya Dewa Bram ketika kuliah," jelas Nanda.
"Oh ... Eh, kita makan dulu yuk sebelum balik kantor," ajak Fahmi sambil menstarter motornya.

Fahmi adalah rekan kerja Nanda. Mereka saru tim. Nanda sebagai reporternya dan Fahmi sebagai juru kameranya.

***

"Hei! Lagi sibuk apa, Nda?" Ucap Fahmi membuat Nanda terkejut.
"Nah ... Kamu kemana aja sih? Eh, kamu lihat gak buku novelku?" Nanda mencecar Fahmi yang berbagai pertanyaan. Namun Nanda masih sibuk mencari-cari.
"Buku apa, sih?"
"Itu loh ... Buku Novel. Judulnya Istana Bumi. Sampulnya warna biru. Penulisnya Dewa Bram," jelas Nanda.
"Oh ... Buku yang ini," jawab Fahmi santai.
Nanda langsung melihat ke arah Fahmi.
"Nah, ini dia bukunya. Kok bisa ada dikamu? Kamu yang ambil yah? Izin dulu dong kalau mau pinjam, ini kan buku baru" tuduh Nanda sambil mengambil buku yang ada di tangan Fahmi.
"Yee ... Sembarangan aja nuduh. Saya nemuin bukunya di pantry," jelas Fahmi sambil kembali duduk di mejanya.

***

Nanda lalu membuka-buka lembaran buku Novel itu, memastikan semuanya baik-baik saja. Betapa terkejutnya Nanda melihat lembaran pertama dari buku itu, hilang! Lembaran yang berisi bubuhan tanda tangan asli dari Dewa Bram, sang penulis. Nanda hanya bisa memandangi buku itu dengan nanar. Dia masih sangat shock.

Siapakah yang menghilangkan lembaran buku itu? Apakah Fahmi? Atau ada orang lain yang juga fans dengan Dewa Bram?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

1,2,3

Buku untuk Sang Pembelajar

Parents Zaman Now